Gagasan dasar meliputi sebuah elektromagnetik yang
diaplikasikan sebuah fluksi magnetic pada oxide di atas tape. Oxide secara
permanen mengingat perubahan fluksi.
Selama merekam, sinyal audio dikirim melalui kumparan
kawat untuk menciptakan medan magnit dalam inti.
Pada celah fluksi magnet membentuk suatu pola
menjembatani celah, fluksi ini merupakan apa yang dimagnetkan oxide pada tape.
Selama playback, gerakan tape menarik medan magnet bervariasi melintasi celah.
Ini menciptakan suatu medan magnet yang bervariasi dalam inti dan oleh karena
itu terdapat sinyal dalam kumparan. Sinyal ini dikuatkan untuk
mengendalikan speaker.
Prinsipnya ialah penggubah bentuk signal dari
signal listrik menjadi signal magnet dan atau sebaliknya. Megnan magnet
tersebut disimpan di permukaan pita magnetis (untuk jenis pita) yang berisi
serbuk atau molekul magnetis dan atau sebaliknya baik untuk teknologi analog
maupun teknologi digital.
a. analog tape recorder
Analog tape recorder mempunyai karakter noise
level yang masih mengganggu pendengaran. Hal ini disebabkan karena molekul
bahan pita yang berjajar sepanjang pita. Semakin halus molekulnya maka tingkat
noise levelnya akan semakin rendah. Beberapa macam pita yang mempunyai noise
levelnya rendah adalah pita fero okside, pita fero super,
pita metal okside, dan pita chrome diokside. Kecepatan pita
jenis seperti di atas berjalan dengan membatasi kekuatan medan magnet yang di
cetak di atas pita sehingga mempengaruhi jarak/beda signal, noise (signal
to signal ratio = S/N), dan dynamic range. Semakin tinggi
kecepatan pita, maka semakin tinggi pula S/N.
Distorsi memang terjadi di mana-mana,
tetapi khusus pada proses magnetisasi dan demagnetisasi bahan (head dan
pita) terjadi distorsi tambahan sebagai akibat unlinearyty. Diperlukan
tenaga ekstra untuk mulai memagnetkan logam netral dan juga diperlukan tenaga
ekstra untuk menetralkan remanen pada logam yang sudah dinetralkan. Untuk
mengurangi tingkat distorsi, bisa dipergunakan sistem biasing, tetapi untuk
tape recorder analog mempunyai distorsi yang paling tinggi dibanding dengan
alat lainnya.
Tape recorder analaog mempunyai kelemahan pula
yaitu wow pluter atau tingkat ketidak stabilan kecepatan perjalanan pita yang
kurang stabil karena disebabkan oleh sistem mekanik seperti motor, pengontrol
speed, presisi dari as, roda, karet, tape tension dan pengukurnya.
Kemampuan frekuensi response tape recorder untuk
merekam dan memplayback audio juga terbatas sa,pai ketinggian frekuensi
tertentu saja. Hal ini disebabkan karena kecepatan pita, kualitas pita, dan
kualitas headnya. Semakin tinggi kecepatan pita maka akan semakin tinggi pula
frekuensi yang didapat. Sehingga dalam tape recorder analog terdapat pengatur
azimuth head dan frekuensi equalisation di dalamnya.
Dolby dipergunakan untuk meningkatkan signal to
noise ratio dan dinamic range. Pemakaian dolby adalah pada satu proses lengkap
dari recording yaitu pada saat merekam dan play back. Dengan pemakaian dolby
yang benar, maka dinamic range yang didapat meningkat sekitar 10 db pada dolby
B dan sekitar 20 db pada dolby C. Dolby dapat disamakan dengan compresor
ditambah expander, tetapi dolby bekerja khusus pada frekuensi-frekuensi
tertentu dan pada level-level tertentu dan sudah patent secara international.
Melihat beberapa hal di atas, kelemahan tape
recorder analog adalah signal noise to ratio dan dinamic rangenya kurang
tinggi, tingkat distorsinya kurang memuaskan (di atas 1,5%), wow flutter, dan
masalah kelambanan penanganan.
Sumber: http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar