Selasa, 20 Desember 2011

Prinsip kerja perekam magnetic




Gagasan dasar meliputi sebuah elektromagnetik yang diaplikasikan sebuah fluksi magnetic pada oxide di atas tape. Oxide secara permanen mengingat perubahan fluksi.


Selama merekam, sinyal audio dikirim melalui kumparan kawat untuk menciptakan medan magnit dalam inti.
 Pada celah fluksi magnet membentuk suatu pola menjembatani celah, fluksi ini merupakan apa yang dimagnetkan oxide pada tape. Selama playback, gerakan tape menarik medan magnet bervariasi melintasi celah. Ini menciptakan suatu medan magnet yang bervariasi dalam inti dan oleh karena itu terdapat sinyal dalam kumparan. Sinyal ini dikuatkan untuk
mengendalikan speaker.
Prinsipnya ialah penggubah bentuk signal dari signal listrik menjadi signal magnet dan atau sebaliknya. Megnan magnet tersebut disimpan di permukaan pita magnetis (untuk jenis pita) yang berisi serbuk atau molekul magnetis dan atau sebaliknya baik untuk teknologi analog maupun teknologi digital.
a. analog tape recorder
Analog tape recorder mempunyai karakter noise level yang masih mengganggu pendengaran. Hal ini disebabkan karena molekul bahan pita yang berjajar sepanjang pita. Semakin halus molekulnya maka tingkat noise levelnya akan semakin rendah. Beberapa macam pita yang mempunyai noise levelnya rendah adalah pita fero okside, pita fero super, pita metal okside, dan pita chrome diokside. Kecepatan pita jenis seperti di atas berjalan dengan membatasi kekuatan medan magnet yang di cetak di atas pita sehingga mempengaruhi jarak/beda signal, noise (signal to signal ratio = S/N), dan dynamic range. Semakin tinggi kecepatan pita, maka semakin tinggi pula S/N.
Distorsi memang terjadi di mana-mana, tetapi khusus pada proses magnetisasi dan demagnetisasi bahan (head dan pita) terjadi distorsi tambahan sebagai akibat unlinearyty. Diperlukan tenaga ekstra untuk mulai memagnetkan logam netral dan juga diperlukan tenaga ekstra untuk menetralkan remanen pada logam yang sudah dinetralkan. Untuk mengurangi tingkat distorsi, bisa dipergunakan sistem biasing, tetapi untuk tape recorder analog mempunyai distorsi yang paling tinggi dibanding dengan alat lainnya.
Tape recorder analaog mempunyai kelemahan pula yaitu wow pluter atau tingkat ketidak stabilan kecepatan perjalanan pita yang kurang stabil karena disebabkan oleh sistem mekanik seperti motor, pengontrol speed, presisi dari as, roda, karet, tape tension dan pengukurnya.
Kemampuan frekuensi response tape recorder untuk merekam dan memplayback audio juga terbatas sa,pai ketinggian frekuensi tertentu saja. Hal ini disebabkan karena kecepatan pita, kualitas pita, dan kualitas headnya. Semakin tinggi kecepatan pita maka akan semakin tinggi pula frekuensi yang didapat. Sehingga dalam tape recorder analog terdapat pengatur azimuth head dan frekuensi equalisation di dalamnya.
Dolby dipergunakan untuk meningkatkan signal to noise ratio dan dinamic range. Pemakaian dolby adalah pada satu proses lengkap dari recording yaitu pada saat merekam dan play back. Dengan pemakaian dolby yang benar, maka dinamic range yang didapat meningkat sekitar 10 db pada dolby B dan sekitar 20 db pada dolby C. Dolby dapat disamakan dengan compresor ditambah expander, tetapi dolby bekerja khusus pada frekuensi-frekuensi tertentu dan pada level-level tertentu dan sudah patent secara international.
Melihat beberapa hal di atas, kelemahan tape recorder analog adalah signal noise to ratio dan dinamic rangenya kurang tinggi, tingkat distorsinya kurang memuaskan (di atas 1,5%), wow flutter, dan masalah kelambanan penanganan.
Sumber: http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar