1. Uraian Materi
Di bawah ini diperlihatkan blok diagram
penerima radio FM
PENGUAT
RF: Penerima AM broadcast dapat bekerja cukup baik sekalipun tanpa RF
amplifier. Hal ini sulit dilakukan untuk sistem FM bekerja pada frekuensi yang
tinggi. Seperti diketahui sistem FM ada yang bekerja pada 1000 MHz (1GHz).
Dengan adanya penguat RF ini maka sistem FM dapat bekerja pada input sinyal
yang lebih rendah dari sistem AM atau SSB, sebab istem AM dan sistem SSB tidak
atau jarang menggunakan penguat RF karena mereka dapat menekan inherent noise.
Dengan kata lain sistem FM dapat bekerja dengan sensitivitas yang lebih tinggi
dari sistem AM dan sistem SSB. Sistem FM dapat menerima sinyal 1 µV atau kurang
jika dibandingkan dengan sistem AM dan SSB dengan minimum sinyal input 30 uV.
Tetapi bila ingin sinyal 1 uV diumpankan langsung ke mixer, inherent noise yang
tinggi yang dihasilkan oleh komponen aktif mixer akan merusak sinyal input yang
1 uV tadi. Oleh sebab itu sangat penting untuk menguatkan sinyal 1 µV itu
sehingga menjadi 10-20 µV sebelum diberikan ke mixer. Itu sebabnya dibutuhkan
RF amplifier pada sistem FM.
Alasan
yang ditemukan diatas sangat penting untuk diperhatikan untuk sistem FM yang
bekerja diatas 1GHz. Pada frekuensi tersebut, noise internal dari transistor
naik ketika gain diturunkan. Noise ini jauh lebih rendah bila digunakan dioda
sebagai mixer pasif dibandingkan transistor yang aktif.
Sesungguhnya,
penggunaan RF amplifier menurunkan pengaruh frekuensi bayangan dan menurunkan
pengaruh efek radiasi lokal osilator ke antena yang mengakibatkan di
transmitnya interfrensi.
FET RF AMPLIFIER:
Impedansi
input yang tinggi dari FET bukanlah dasar digunakannya FET sebagai komponen
aktif pada penguat RF sistem FM. Sebab
pada frekuensi yang tinggi, impedansi input FET akan jauh menurun akibat adanya
kapasitas junctionnya. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak selalu impedansi
input merupakan pertimbangan bagi RF amplifier karena untuk frekuensi tinggi
impedansi antena hanya beberapa ratus ohm atau cukup rendah.
Keuntungan
utama penggunaan FET karena ia memiliki distorsi input dan output yang
dinyatakan dalam hukum kuadrat sementara tabung hampa mempunyai hubungan daya
3/2 dan BJT mempunyai faktor eksponensial. Untuk komponen yang bekerja dengan
hukum kuadrat memiliki sinyal output dengan frekuensi yang sama dengan input
dengan distorsi komponen 2 kali lebih kecil dari frekuensi inputnya, sementara
komponen lainnya memiliki distorsi yang justru lebih besar. Juga dengan FET
dapat ditekan terjadinya intermodulasi distorsi.
PENGUAT RF DENGAN MOSFET:
Sebuah dual gate
(gate ganda) common Source MOSFET RF amplifier adalah seperti diperlihatkan
pada gambar dibawah:
Gambar. 8: Penguat RF Amlpifier dengan MOSFET
Penggunaan MOSFET
gate ganda sebagai penguat RF memberikan keuntungan dapat diisolasinya input
dari pengaruh tegangan AGC. Juga dengan MOSFET diperoleh keunggulan berupa
naiknya daerah dinamis dibandingkan dengan JFET. Dengan kata lain, MOSFET masih
bekerja pada hukum kuadrat pada lebar band yang lebih besar dibandingkan dengan
JFET.
LIMITTER: Sebuah
limitter adalah rangkaian yang mempunyai amplitudo output yang konstant untuk
semua input yang melebihi level tertentu. Dalam sistem penerima FM ini dibutuhkan
untuk menolak ampiltudo modulasi dan variasi amplitodo yang tidak diingini,
yang merupakan noise. Kedua hal itu menyebabkan pengaruh yang tidak diingini
pada loudspeaker. Di samping itu, fungsi limitter juga mencakup AGC untuk
ketika sinyal input menaik dari nilai atau levelnya dari yang ditetapkan, untuk
memberikan input yang konstant pada diskriminator. Secara ideal dapat
dinyatakan bahwa diskriminator harus idealnya tidak menanggapi perubahan
amplitudo tetapi hanya perubahan frekuensi.
Gambar
9 di bawah ini memperlihatkan rangkaian limitter dengan transistor. Ingat bahwa
RC membatasi tegangan catu DC ke kolektor. Secepat input menaik, terjadilah
pemotongan puncak sinyal akibat terbatasnya tegangan kolektor karena seperti
diketahui, output transistor tidak akan dapat melampaui tegangan VCC. Sedangkan
rangkaian tangki pada bagian output ditala pada frekuensi tengah dari sinyal
untuk meningkatkan selektivitas, dan merubah sinyal input yang belum sinus
akibat pemotongan menjadi sinus.
Discriminator:
berfungsi memungut kembali informasi dari frekuensi tinggi pembawanya.
Discriminator dapat juga disebut detektor pada sistem AM. Dapat juga di
definisikan sebagai rangkaian yang merubah variasi frekuensi atau variasi fasa
menjadi variasi amplitudo.
Deemphasis: adalah
rangkaian yang dipasangkan setelah detektor yang berfungsi mengembalikan
frekuensi tinggi dari intelejen frekuensi (informasi) kembali pada level
amplitudo yang setara dengan frekuensi rendahnya. Seperti diketahui, untuk
menekan noise, pada pemancar dilakukan preemphasis dimana level amplitudo
frekuensi tinggi dari intelejen frekuensi dinaikkan.
AGC: (Automatic
Gain Control) Seperti telah kita pelajari bahwa pada Pesawat penerima AM kita temui
adanya AGC. Kemudian pada FM Receiver
yang menggunakan rangkaian limitter dibutuhkan juga rangkaian AGC ini. Radio
penerima FM model lama juga dilengkapi dengan AFC (Automatic Frequency
Control). Rangkaian ini berfungsi mengontrol kestabilan frekuensi osilator
lokal. Ini dibutuhkan karena ketidak stabilan frekuensi lokal osilator
menyebabkan penyimpangan penerimaan frekuensi pembawa. Hal itu disebabkan saat
itu belum ditemukannya cara untuk membuat LC osilator yang bekerja pada daerah
sekitar 100 MHz dengan frekuensi yang cukup stabil dan ekonomis. Mixer,
osilator lokal dan penguat IF pada dasarnya sama dengan yang telah didiskusikan
pada AM. Hanya harus dicatat bahwa pada sistem FM, frekuensi IF nya adalah 10,7
MHz. Daerah kerja Frekuensi FM sebesar 88 Mhz -108 Mhz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar