1. Uraian
Materi
Semua sistem
komunikasi, baik itu dari radio,televise,maupun yang lainnya terdiri atas dua
bagian dasar:pesawat pemancar dan pesawat penerima. Pesawat pemancar berfungsi
membangkitkan dan meradiasikan suatu informasi melalui suatu gelombang
elektromagnetik.Kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan
cahaya yaitu sebesar 300.000 km/detik dan dinamakan gelombang pembawa (carrier
wave) informasi. Pesawat penerima menangkap salah satu gelombang radio yang
spesifik dari sejumlah gelombang yang ada di udara pada saat itu dan
mengolahnya menjadi suatu informasi yang dapat dimengerti.
Suatu sistem
pesawat penerima yang dikembangkan, yaitu pesawat penerima super heterodyne, dapat dipergunakan baik dalam sistem penerima
radio maupun televisi.
Pesawat
penerima super heterodyne prinsip bekerjanya sebagai berikut:
- Informasi bersama gelombang pembawanya (RF) yang datang pada antena, diseleksi oleh rangkaian penala sampai didapat suatu sinyal RF tertentu yang kemudian dicampur (dikonversikan) dengan satu sinyal RF yang berasal dari osilator yang ada pada pesawat penerima sendiri.
- Pencampuran kedua sinyal RF tersebut akan menghasilkan suatu sinyal selisih dari kedua sinyal tersebut, yang biasanya disebut sinyal frekuensi menengah (IF).
- Pada sistem penerima radio AM besar frekuensi menengah (IF) umumnya 455 kHz.
- Oleh karena frekuensi osilator local bervariasi pada waktu rangkaian penala divariasikan, maka selisih frekuensinya akan konstan sebesar frekuensi menengah tersebut.
Pencampuran ini mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
(1)
Kekerasan hasil penguatan mempunyai harga yang
lebih tinggi karena IF mempunyai frekuensi yang lebih rendah dari RF.
(2)
Amplifier IF dapat dirancang untuk suatu frekuensi
yang spesifik, misalnya 455 kHz untuk setiap penerima radio AM.
(3)
Hanya ada dua penala yaitu rangkaian penala RF dan
osilator local.
Sistem super
heterodyne mempunyai kelemahan, yaitu adanya efek frekuensi bayangan.
Walaupun IF sudah merupakan frekuensi selisih dari RF dari osilator local,
namun jumlah kedua frekuensi pun muncul pula.
Sistem penerima super heterodyne dapat digambarkan
dengan blok diagram sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Blok Pesawat Penerima AM
Pesawat
penerima radio yang dipelajari sekarang adalah suatu penerima dengan sistem
amplitudo modulasi (AM) yang mempunyai daerah frekuensi 520 kHz – 1630 kHz (577
– 184 meter) yang disebut daerah gelombang menengah (medium wave band = MW).
Penalaan
untuk mendapatkan frekuensi pada daerah MW dilaksanakan oleh kerja sama antena,
RF amplifier, dan osilator lokal. Hasil dari penalaan diberikan ke IF amplifier
yang pada alat praktik merupakan bagian terpisah dari penala. Untuk lebih
memahami prinsip kerja radio super
heterodyne, coba perhatikan diagram blok radio super heterodyne pada gambar
blok diagram penerima super heterodyne.
Kemudian setelah memahi secara blok diagram, pelajari dengan teliti fungsi
setiap bagian, seperti gambar 2 rangkaian Penala dibawah ini:
Sinyal radio
masuk melalui antena dan masuk ke
blok mixer+oscilator. Oscilator berfungsi membangkitkan sinyal dengan frekuensi
455 kHz lebih tinggi dari pada frekuensi sinyal yang masuk melalui antena.
Gambar 2. Rangkaian Penala
Pencampur (mixer) pada gambar rangkaian disamping menjadi satu dengan sinyal
oscilator. Karena sinyal-sinyal itu
berbeda 455 kHz, maka akan membentuk suatu sinyal 455 kHz sebagai hasil
selisih dari dua sinyal tersebut.
Sinyal yang telah diubah menjadi 455 kHz tersebut (sinyal IF) kemudian diperkuat oleh
penguat IF tingkat pertama (IF1) dan penguat IF tingkat kedua (IF2). Dengan
demikian, penguat IF itu hanya akan menguatkan sinyal yang berfungsi 455 kHz.
Gambar 3. Rangkaian
Penguat IF
Gambar 3 dapat
ditunjukan bagian/komponen AGC. Automatic
Gain Control (AGC) berfungsi sebagai pengatur penguatan tegangan (gain) dari
penguat IF1 sedemikian rupa, sehingga penguatan ditambah pada sinyal-sinyal
masuk yang lemah dikurangi pada sinyal-sinyal masuk yang kuat. Dengan demikian,
akan didapatkan suatu penguatan yang konstan untuk sinyal yang berbeda-beda
intensitasnya.
Rangkaian detektor,digambarkan seperti gambar 4 rangkaian disamping dengan
detektor dioda. Gulungan primer transformator IF (T3) menerima sinyal IF
termodulir dari penguat IF terakhir, dan gulungan ini merupakan beban impedansi
untuk transistor penguat
Gambar 4. Rangkaian Detektor
Sinyal IF
dalam setiap siklus akan mengalir melalui gulungan sekunder yang selanjutnya sinyal ini diratakan oleh dioda,
karena prinsip kerja diode sebagai komponen perata.
Sinyal audio
akan diperoleh karena pada rangkaian detector juga dilengkapi kondenstor filter
detector nilainya 0.01-0.05 uF
Gambar 5.
Rangkaian Audio Amplifier
Rangkaian audio
amplifier pada pesawat ini terdiri atas empat buah penguat (TR D734) sampai
dengan TR B698) dan berfungsi memperkuat sinyal informasi hasil dari rangkaian
detektor. Kekerasan suara dapat diatur dengan mengubah kedudukan VR 5k yang
berfungsi sebagai volume control.
TR C1684
berfungsi sebagai penguat pertama audio
amplifier dengan konfigurasi emitter terbumi (common emitter) dan
melalui R33k mendapat umpan balik negatif dari output power amplifier. Tujuan umpan balik ini untuk memperlebar band
switch sehingga kualitas suara menjadi lebih baik. TR C1684 merupakan
penguat tegangan tingkat kedua yang dapat disebut pula sebagai driver
amplifier dengan konfigurasi yang sama. Transistor inipun mendapat umpan
balik negatif melalui R150k (lihat gambar). Penguatan kedua transistor inipun
sudah dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengeluarkan output yang dapat
mengemudikan rangkaian power amplifier. Out-put rangkaian penguat audio amplifier ini diteruskan ke loudspeaker yang merupakan beban dari
rangkaian. Sinyal informasi melalui pengatur volume maka sinyal informasi ini
dapat diatur besar kecilnya suara.
makasih mas informasinya sangat bermanfaat :-)
BalasHapusblok
BalasHapusShelford Bidwell
BalasHapus